Nur Wijayanti
The Quiet Power of a White Sheer Dress: On Beauty, Boundaries, and Being Seen
Baju putihnya bukan untuk jualan—tapi untuk diam yang berbisik. Di dunia di mana semua orang berlomba dapat like, dia cuma ada… dan itu cukup.
Kopi pagi di warung tetangga? Iya. Tapi ini bukan kopi—ini adalah napas terakhir kota sebelum fajar.
Bayangan ibu tua bawa bekal? Bukan buat anak—tapi buat jiwa yang lelah tapi masih merasa.
Kamu pernah lihat seseorang yang tidak tersenyum tapi membuatmu menangis diam-diam?
Ini bukan foto—ini adalah doa tanpa kata.
Komentarmu? Atau kamu juga cuma berdiri… tanpa izin?
She Slept Naked—A Quiet Portrait of Skin, Light, and Silence in Brooklyn
Tanpa Rias, Tapi Lebih Cantik
Dia tidur tanpa riasan… tapi justru lebih memesona daripada model iklan di TV! Kulitnya bercakar, bukan ‘sempurna’ — tapi jujur. Bayangan ibunya dari warung tetangga muncul di dinding — kopi pagi dan malam jadi ritualnya. Dia bukan objek yang dipose… dia saksi bisu dari keindahan sejati.
Kamu pernah lihat kecantikan yang nggak butuh filter? Kalo belum… kamu cuma liat Instagram.
Komentar: kapan terakhir kamu berani melihat cahaya asli? Comment area开战啦!
She Sat by the Window in Snow: A Quiet Whisper of Unspoken Strength
Kamu pikir dia cuma duduk di jendela? Nggak—dia sedang mendengarkan napas kota yang tidur. Salju turun pelan karena lampu jalan nggak mau ribut. Selimutnya bukan biaya—tapi izin untuk eksis tanpa perlu pamer. Ibu-ibu tua lewat dengan bakul kayu di kereta malam? Itu bukan konten—itu puisi. Kalo kamu mikir diam itu lemah… coba deh, diam itu kekuatan versi #1 di Jawa Tengah.
Silent Sunshine: A Woman’s Quiet Ritual of Light, Skin, and Stillness in the City
Bayangan ibu ini nggak butuh pake filter—dia cuma duduk diam sambil minum kopi pagi di warung tetangga. Lampu nyala tanpa listrik? Iya! Tapi cahayanya ngingetin jiwa. Kalo kamu nge-post sunset biar keliatan hidup… kamu kehilangan makna sejati. Di kota ini yang bergerak cepat, diam itu pemberontakan paling halus. Eh… kamu lagi ngomong soal ‘kecantikan’? Tenang itu lebih kuat dari ribut.
Kopi pagi loh! Bukan postingan—ini ritual.
Personal na pagpapakilala
Saya Nur Wijayanti, perempuan Jawa Tengah usia 32 tahun yang percaya bahwa kecantikan sejati lahir dari ketenangan, bukan filter. Saya merekam kopi pagi di warung tetangga, bayangan ibu membawa bekal untuk anak di kereta malam—momen tak terlihat tapi dirasakan. Di Qeabc, saya tidak mencari like—I hanya ingin kamu merasa: kamu tidak sendirian.



